(1) Menurut kalian, bagaimanakah
berbahasa yang baik dan benar itu?
Jawaban : Secara sederhana,
bahasa yang baik dan benar dapat dijelaskan sebagai berikut. Bahasa yang
baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi pemakaiannya,
sedangkan bahasa yang benar adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan
kaidah (aturan) bahasa. Karena ditentukan oleh banyak hal (seperti tempat,
topik, dan tujuan pembicaraan serta kawan/lawan bicara), yang dapat memunculkan
banyak ragam bahasa, ukuran bahasa yang baik (sesuai dengan situasi pemakaian
bahasa) sering dipahami secara salah oleh banyak orang.
(2) Teks opini berisi gagasan
pribadi atau usulan mengenai sesuatu. Menurut kalian, pada teks “Tentang Baik
dan Benar”, gagasan apa yang hendak diungkapkan penulis?
Jawaban : Gagasan yang hendak di
ungkapkan oleh penulis pada teks opini “ Tentang Baik dan Benar “ adalah
mengenai tata penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar beserta
penggunaannya.
(3) Baca dan cermati kembai teks tersebut. Argumentasi apa
saja yang diutarakan penulis untuk mendukung gagasannya? Tuliskanlah
argumentasi yang kalian temukan ke dalam kolom berikut
Argumentasi
|
1. Bahasa yang baik adalah bahasa
yang digunakan sesuai dengan situasi pemakaiannya, sedangkan bahasa yang
benar adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah (aturan) bahasa.
|
2. Banyak orang yang menganggap
bahwa bahasa Indonesia hanya memiliki satu warna/ ragam. Mereka tidak (mau)
menyadari bahwa bahasa Indonesia memiliki banyak ragam, identik dengan
keanekaragaman masyarakat penggunanya.
|
3. sesungguhnya orang tidak perlu
berbahasa baku saat tawar-menawar di pasar atau sedang mengobrol dengan
tetangga saat ronda.
|
4. sangatlah tidak pantas jika ada
orang menggunakan bentuk-bentuk tidak baku itu dalam sebuah seminar, dengan
teman akrabnya sekalipun.
|
5. Dalam batas-batas tertentu,
pelanggaran atas penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar mungkin
masih dapat dimaklumi.
|
6. Konon, setiap jengkal ruang
(karakter) di surat kabar bernilai bisnis. Oleh karena itu, permakluman yang
sama seharusnya tidak diberikan kepada penyiar yang membacakan tulisan itu
untuk pendengar/pemirsanya.
|
7. Tidak berbeda dengan ragam
bahasa yang lain, ukuran baik dan benar tetap dapat diterapkan pada dua ragam
(iklan dan sastra) itu.
|
8. “Keanehan” berbahasa dalam
iklan dan sastra (kalau memang ada) harus dipandang sebagai kreativitas
berbahasa pembuat/pengarang selama tidak bertentangan dengan kaidah bahasa
yang berlaku.
|
9. Keanehan berbahasa, karena
sudah berlangsung lama dan berterima, sering tidak dianggap sebagai
kesalahan.
|
10. Padahal, jika ditanya siapa
yang memberi perhatian dan siapa yang memberi ucapan, pasti tidak ditemukan
jawaban yang benar karena –nya dan di mengacu kepada orang ketiga: bukan
orang pertama dan kedua yang sedang berdialog, baik dalam surat maupun
pidato.
|
(4) Teks opini memuat argumentasi
satu sisi, dan jumlah argumentasi tidak ditentukan. Selain merupakan milik
pencipta teks, argumentasi dapat dikembangkan dari pendapat umum yang diambil
dari sumber lain, sepanjang sumber itu disebutkan sebagai referensi. Bacalah
kembali kedua teks opini di muka, kemudian carilah argumentasi yang
dikembangkan dari pendapat lain.
No.
|
Argumentasi
|
Referensi
|
1.
|
Tahun lalu, menurut catatan Badan
Pusat Statistik, hanya ada 8 juta wisatawan asing yang datang berkunjung ke
Indonesia.
|
Catatan Badan Pusat Statistik
|
2.
|
Konon, setiap jengkal ruang
(karakter) di surat kabar bernilai bisnis.
|
Pendapat masyarakat
|
3.
|
Selama ini pemerintah hanya
menjual Bali dan Bali, atau—kalau mau dikatakan agak berpandangan luas
sedikit—bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba.
Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan
jalan sendiri.
|
Riset Pariwisata
|
4.
|
Semua orang mungkin sepakat bahwa iklan
yang berbunyi: Terus terang, … terang terus, misalnya, adalah contoh
kreativitas berbahasa yang berestetika tinggi
|
Pendapat masyarakat
|
5.
|
Dalam surat menyurat atau dalam
pidato-pidato, misalnya, kalimat yang berbunyi Atas perhatiannya, diucapkan
terima kasih seolah-olah sudah menjadi baku dan dianggap benar.
|
Surat Penting/ Pidato
|
(5) Ada dua macam opini, yaitu opini analitis dan opini
hortatoris. Tugas kalian adalah membandingkan teks “Menjual Sembari Menjaga
Nirwana” dan “Tentang Baik dan Benar”. Setelah kalian membaca dengan cermat,
apakah masing-masing teks tersebut termasuk teks opini analitis atau
hortatoris? Sebutkanlan alasan kalian.
(a) Teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” termasuk jenis
teks opini Hortatoris.
Alasannya adalah karena teks opine tersebut berisi
beberapa argumentasi yang mana mengarah pada suatu tindakan atau kebijakan yang
perlu dibuat.
(b) Teks “Tentang Baik dan Benar” termasuk jenis teks opini Analitis.
Alasannya adalah karena ia atau penulis dalam teks opini
tersebut menggambarkan suatu konsep atau mnejelaskan mengenai suatu teori yaitu
tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
(6) Teks opini mencakup penggunaan
verba material, relasional, dan mental sekaligus. Cari dan identifikasikanlah
verba yang ada dalam teks “Tentang Baik dan Benar”, lalu tuliskan verba yang
kalian temukan ke dalam kolom berikut.
No.
|
Kalimat
|
Verba
|
Jenis Verba
|
1.
|
Sebagai akibatnya, tidak jarang orang (Indonesia) merasa
tidak memiliki kemampuan untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar.
|
Merasa
|
Verba Mental
|
2.
|
Bahkan, banyak pula orang yang kemudian berantipati pada
slogan itu karena merasa telah dibelenggunya.
|
Merasa
|
Verba Mental
|
3.
|
Begitulah, berbahasa dengan baik dan benar ternyata tidak
hanya dapat memperlancar komunikasi, tetapi juga dapat meluruskan cara berpikir
(berlogika) dan sekaligus mengajarkan cara bertanggung jawab.
|
Berpikir
|
Verba Mental
|
Menganggap bahasa Indonesia yang baik dan
benar sama dengan bahasa Indonesia baku adalah sebuah kekeliruan.
|
Menganggap
|
Verba Mental
|
|
4.
|
Menganggap bahasa Indonesia yang baik dan benar sama
dengan bahasa Indonesia baku adalah sebuah kekeliruan.
|
Adalah
|
Verba Relasional
Identifikatif |
5.
|
Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan
sesuai dengan situasi pemakaiannya, sedangkan bahasa yang benar adalah
bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah (aturan) bahasa.
|
Adalah
|
Verba relasional Identitikatif
|
5.
|
Sebagai akibatnya, tidak jarang orang (Indonesia) merasa
tidak memiliki kemampuan untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar.
|
Memiliki
|
Verba Relasional Atributif
|
6.
|
Penghilangan imbuhan (awalan) pada judul tulisan di surat
kabar, misalnya, masih dapat dimaklumi karena surat kabar memiliki
keterbatasan ruang.
|
Memiliki
|
Verba Relasional Atributif
|
7.
|
Karena penyiar tidak terikat oleh ruang. Kalaupun penyiar
terikat oleh waktu, sesungguhnya ia tetap memiliki kebebasan untuk
menyiasatinya: dengan mempercepat tempo, misalnya.
|
Memiliki
|
Verba Relasional Atributif
|
8.
|
Rupanya, di sinilah letak persoalannya. Banyak orang yang
menganggap bahwa bahasa Indonesia hanya memiliki satu warna/ ragam.
|
Memiliki
|
Verba Relasional Atributif
|
9.
|
Semua orang mungkin sepakat bahwa iklan yang berbunyi:
Terus terang, … terang terus, misalnya, adalah contoh kreativitas
berbahasa yang berestetika tinggi.
|
Adalah
|
Verba Relasional
Identifikatif |
10.
|
Rupanya, di sinilah letak persoalannya. Banyak orang yang menganggap
bahwa bahasa Indonesia hanya memiliki satu warna/ ragam.
|
Menganggap
|
Verba Mental
|
11.
|
Sudah menjadi rahasia umum bahwa
masyarakat (Indonesia) gemar melanggar aturan, tak terkecuali aturan
bahasa yang meliputi tata bunyi/lafal, tatatulis/ejaan, tatakata,
tatakalimat, dan tatamakna itu.
|
melanggar
|
Verba Material
|
12.
|
Mereka tidak (mau) menyadari
bahwa bahasa Indonesia memiliki banyak ragam, identik dengan keanekaragaman
masyarakat penggunanya.
|
menyadari
|
Verba Mental
|
13.
|
Ibarat berpakaian, di mana pun dan
kapan pun mereka selalu memakai pakaian yang sama.
|
memakai
|
Verba Material
|
14.
|
Atas dasar itu, sesungguhnya orang
tidak perlu berbahasa baku saat tawar-menawar di pasar atau sedang mengobrol
dengan tetangga saat ronda.
|
Menawar, mengobrol
|
Verba Material
|
15.
|
Mengapa? Karena bunyi iklan yang
terakhir itu, di samping tidak mengajari orang berlogika dengan baik,
juga dapat mengecoh dan membodohi konsumen
|
mengajari
|
Verba Material
|
(7)
Konjungsi apa saja yang kalian temukan dalam teks “Tentang Baik dan Benar”?
Tuliskan jawaban kalian ke dalam kolom berikut.
No.
|
Kalimat
|
Konjungsi
|
1.
|
Sebagai akibatnya, tidak
jarang orang (Indonesia) merasa tidak memiliki kemampuan untuk berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
|
akibat
|
2.
|
Mungkin karena secara
terminologis kata baik dan benar itu sudah menyaran pada hal yang sempurna,
tanpa cacat sehingga orang pun tidak segansegan memaknai slogan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar itu sama dengan bahasa Indonesia baku
|
karena
|
3.
|
Bahkan, banyak pula orang yang
kemudian berantipati pada slogan itu karena merasa telah dibelenggunya
|
karena
|
4.
|
Karena ditentukan oleh banyak hal
(seperti tempat, topik, dan tujuan pembicaraan serta kawan/lawan bicara),
yang dapat memunculkan banyak ragam bahasa, ukuran bahasa yang baik (sesuai
dengan situasi pemakaian bahasa) sering dipahami secara salah oleh banyak
orang.
|
Karena
|
5.
|
Pada umumnya, karena tidak
memiliki kesadaran itu, mereka hanya menguasai satu ragam bahasa sehingga di
mana pun dan kapan pun selalu menggunakan ragam bahasa yang dikuasainya itu.
|
karena
|
6.
|
Penghilangan imbuhan (awalan) pada
judul tulisan di surat kabar, misalnya, masih dapat dimaklumi karena
surat kabar memiliki keterbatasan ruang.
|
karena
|
7.
|
Oleh karena itu,
permakluman yang sama seharusnya tidak diberikan kepada penyiar yang
membacakan tulisan itu untuk pendengar/pemirsanya.
|
karena
|
8.
|
Mengapa? Karena penyiar
tidak terikat oleh ruang.
|
Karena
|
9.
|
Tak dapat dimungkiri bahwa dalam
berbahasa (Indonesia), ukuran baik dan benar masih sering menjadi
perbalahan. Sekalipun mudah didefinisikan, ukuran baik dan benar itu acap
kali bias dalam implementasinya.
|
menjadi
|
10.
|
Sudah menjadi rahasia umum
bahwa masyarakat (Indonesia) gemar melanggar aturan, tak terkecuali aturan
bahasa yang meliputi tata bunyi/lafal, tatatulis/ejaan, tatakata,
tatakalimat, dan tatamakna itu.
|
menjadi
|
(8) Teks opini/editorial mengandung
modalitas untuk membangun opini yang mengarah kepada saran atau anjuran.
Modalitas merupakan cara seseorang menyatakan sikap dalam sebuah komunikasi.
Beberapa bentuk modalitas antara lain: memang, niscaya, pasti, sungguh, tentu,
tidak, bukan, bukannya, dan sebagainya (untuk menyatakan kepastian); iya,
benar, betul, sebenarnya, malahan, dan sebagainya (untuk menyatakan pengakuan);
agaknya, barangkali, entah, mungkin, rasanya, rupanya, dan sebagainya (untuk
menyatakan kesangsian); semoga, mudah-mudahan, dan sebagainya (untuk menyatakan
keinginan); baik, mari, hendaknya, kiranya, dan sebagainya (untuk menyatakan ajakan);
jangan (untuk menyatakan larangan); serta mustahil, tidak masuk akal, dan
sebagainya (untuk menyatakan keheranan).
Cari dan identifikasilah modalitas
yang ada pada kedua teks tersebut, lalu tentukan fungsi masing-masing modalitas
itu.
No.
|
Kalimat Dalam Teks
|
Modalitas
|
Fungsi Modalitas
|
1.
|
Indonesia memang surga
sekaligus kisah nyata.
|
memang
|
Untuk menyatakan
kepastian
|
2.
|
Padahal, dalam kehidupan
sehari-hari, kebanyakan orang lebih sering berada dalam situasi tidak resmi
sehingga tuntutan untuk selalu berbahasa Indonesia
ragam baku itu memang tidak
ada.
|
memang
|
Untuk menyatakan
kepastian
|
3.
|
Padahal, jika ditanya siapa yang
memberi perhatian dan siapa yang memberi ucapan, pasti tidak ditemukan
jawaban yang benar karena –nya dan di mengacu kepada orang ketiga: bukan
orang pertama dan kedua yang sedang berdialog, baik dalam surat maupun
pidato.
|
pasti
|
Untuk menyatakan
kepastian
|
4.
|
Jangankan membuat program wisata
yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan
pemerintah.
|
tidak
|
Untuk menyatakan
kepastian
|
5.
|
Indonesia adalah surga sekaligus
kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa
lalu.
|
bukan
|
Untuk menyatakan
kepastian
|
6.
|
Mungkin ini merupakan bentuk
“protes” mereka kepada pemerintah daerah yang tidak serius membangun
prasarana wisata di sana.
|
Mungkin
|
Untuk menyatakan kesangsian
|
7.
|
Rupanya, di sinilah letak persoalannya.
|
Rupanya,
|
Untuk menyatakan kesangsian
|
8.
|
Padahal tempat-tempat itu tidak
perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan
jalan sendiri.
|
baik
|
untuk menyatakan ajakan
|
9.
|
Jangankan dibandingkan dengan Prancis
yang mampu mendatangkan 83 juta turis tahun lalu, jumlah wisatawan asing ke
Indonesia masih jauh dari Malaysia, yang menurut United Nations World Tourism
Organization kedatangan 25 juta pelancong pada 2012.
|
Jangan
|
untuk menyatakan larangan
|
10.
|
misalnya, kalimat yang berbunyi
Atas perhatiannya, diucapkan terima kasih seolah-olah sudah menjadi baku dan
dianggap benar.
|
benar
|
untuk menyatakan pengakuan
|
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia halaman 28-35 kelas 12 semester 2
4/
5
Oleh
Unknown
8 komentar
kalau boleh tau. no. 6 nya kok gak ada yah???
Replykalau boleh tau. no. 6 nya kok gak ada yah???
Replyterima kasih sudah mengingatkan
Replysudah saya tambahkan silahkan di cek kembali :)
No 10 tau ga?
ReplyWow sempak
ReplyThanks sangat membantu smoga jadi amal shaleh
ReplyKAMU ADALAH PAHLAWAN ..... SUATU SAAT KAMU KAN MENJDI SESEORANG YANG LUARBIASA... POWER RNGER MEMBUTUHKAN BNTUAN MU ❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌
Reply